Rabu, 15 April 2009

Selayang Pandang Tentang Kampung Batik Laweyan

Kampung batik Laweyan merupakan sentra industri batik yang sudah ada sejak berdirinya kerajaan Pajang di Jawa Tengah.  Seiring berjalannya waktu,  industri batik mengalami kejayaan pada sekitar abad 19 dan 20.  Peninggalan masa kejayaan tsb masih bisa kita saksikan dari peninggalan rumah-rumah para saudagar batik yang masih berdiri dengan kokohnya, yang mana antara satu rumah dengan rumah yang lain dikelilingi tembok-tembok tebal dan menjulang tinggi, sehingga di daerah tsb banyak terdapat jalanan yang sempit (hanya bisa dilewati kendaraan roda dua atau pejalan kaki) untuk menuju sentra-sentra batik yang berada di dalam perkampungan Laweyan.

Kejayaan para saudagar batik,tidak terlepas dari peran yang sangat besar dari kaum wanitanya. Dalam menjalankan roda perusahaannya, wanita Laweyan (sebut istri) mempunyai peran yang sangat besar dalam memajukan usahanya hingga ke pemasaran batik produksinya, hingga populer sebutan 'mbok mase' untuk panggilan istri juragan batik.  Sementara seorang suami lebih banyak memanage perusahaan batiknya, adapun sebutan untuk saudagar batik ini,'mas nganten'. Terkadang malah dipanggil dengan sebutan yang lebih feodal lagi yaitu 'ndoro putri' untuk majikan wanita, dan 'ndoro kakung' untuk sebutan majikan  pria.

Namun sayangnya, dengan mulai bermunculannya tenaga-tenaga mesin untuk menggantikan tenaga manusia dalam proses pembuatan batik, pada sekitar akhir abad 20 sentra-sentra industri batik banyak yang tumbang alias 'gulung tikar'.  Salah satu penyebabnya karena harga batik-batik cetakan (printing) dengan mesin tentunya jauh lebih murah dibanding batik yang dihasilkan dengan menggunakan tangan-tangan manusia, baik itu batik cap maupun batik tulis.

Seiring dengan berjalannya waktu, dan dengan diangkatnya Bpk. Jokowi sebagai Walikota Solo, maka setahap demi setahap kota Solo mulai dikembangkan dan diangkat kembali  seni budaya masyarakat Solo khususnya sentra-sentra industri batik baik di daerah Laweyan,maupun di daerah Kauman yang terletak berdekatan dengan Pasar Klewer ( pasar inilah yang dulunya merupakan pusat perdagangan batik terbesar di Jawa Tengah).  

Keberadaan kampung batik khususnya di Laweyan inilah yang oleh beliau diangkat kembali kepopulerannya, dengan cara beliau menghimbau agar para pengusaha batik di kawasan ini membuka showroom batiknya di rumah masing-masing.  Hal ini tentu saja merupakan angin segar bagi para pengusaha batik (khususnya) di Laweyan, sehingga mereka bisa ikut serta meramaikan salah satu obyek wisata bersejarah di kota Solo, sambil terus berkarya dan tentunya yang tidak kalah penting adalah melestarikan salah satu kebudayaan bangsa serta mengangkat kembali perekonomian masyarakat Laweyan dan sekitarnya.       

Tidak ada komentar: